Saturday 15 November 2014

Hujan Bulan November



Aku pernah mengelukanmu sampai aku lupa atas diriku sendiri,
aku pernah mencintaimu sampai aku lupa untuk mengenal diriku sendiri,
aku pernah memedulikanmu sampai aku menelantarkan hatiku sendiri.
Sebab yang kutahu hanya kamu,
sebab aku tidak punya banyak cara mengenal yang lain dan kamu memenjarakanku,
sebab aku tidak pernah menuntut untuk diperlakukan dengan baik hingga kamu merasa tidak perlu menjaga dan merawatku.

Aku tumbuh tanpa empati tapi aku tetap cinta kamu, dulu.
Aku berlaku hormat sebab kamu pasanganku,
bukan karena aku masih merasa mau.
Sebab waktu tidak memberikanku pilihan lain,
kecuali menunggu akhir yang pernah aku mulai
tanpa berpikir namun penuh dengan cinta yang seharusnya
menjadi penawar sisa-sisa sakit yang yang kamu jadikan senjata untuk membunuhku.

Bahwa kini mencintaimu adalah sia-sia,
karena yang kau ingin hanyalah sempurna.
Bukan aku, dengan segalanya yang biasa saja.
Bahwa demi kamu, aku dengan yakin mengabaikan yang lainnya.
Tapi tetap itu bukan yang sempurna,
masih sekepal bagianku yang kosong yang bahkan tak bisa kau isi.
Bahwa kini aku kehilangan segalanya,
demi kesempurnaan di matamu.
Demi bahagia yang selalu aku coba hidangkan di hadapanmu.
Bahwa yang sempurna hanya kau dan egomu.



Source: google.com


Hujan Bulan November ini begitu deras,
tapi jauh lebih deras lagi ego yang mengaliri tiap sudut ruang hatimu,
Aku bertekuk kalah,
memang bukan aku yang kau mau.

Curhat Massal


Beberapa waktu terakhir ini saya mulai merasa terganggu ketika melihat recent update di BBM saya. Ya, saya merasa terganggu ketika tiap kali mengecek update, dan lagi-lagi orang yang sama terus-terusan mengganti display picture mereka. Atau yang mengganti personal message tiap menit. Annoying! Antara pengen ngedelcont tapi kenal, tapi kalau nggak didelcont bikin males.

Beberapa teman di kontak BBM saya memang agaknya terlalu ekspresif dalam menggunakan fitur dalam aplikasi yang mereka miliki. Awalnya, saya berpikiran bahwa orang yang tiap saat meng-update status di situs jejaring sosial adalah orang paling annoying, namun setelah melihat fenomena pada recent update BBM ini, ternyata penilaian saya berubah.. merekalah yang lebih menyebalkan.

Saya juga tidak memungkiri, bahwa sesekali saya juga mengganti PM dan DP pada aplikasi BBM saya. Namun sampai saat ini saya masih gagal paham dengan motivasi mereka bertindak demikian. Untuk menunjukkan eksistensi dirinyakah? Cari perhatiankah? Cari simpati orangkah?
Tapi agaknya penempatan eksistensi diri mereka yang kurang tepat menurut saya. Atau mereka kurang memahami apa fungsi dari diciptakannya jejaring sosial. Disitu ada Facebook atau Twitter. Twitter sangat mendukung sekali untuk yang suka update tiap saat, karna refresh feed-nya per second atau satu detik sekali diperbarui. Jadi nggak masalah kalau mau sering-sering update, karna akan tertutup dengan cepat dari tweet-tweet yang lain.

Untuk sekedar update yang memang yaaa.. bisa ditolerir seperti "baterai hampir habis, hub via sms", "tempat ini sangat indah", "Alhamdulillah semua lancar", dan lain-lain yang dalam batas sewajarnya menurut saya itu cukup tidak menggangu. Tapi gimana sama yang tiap update isinya cuma keluhan? Atau beberapa curhatan hati yang semestinya tidak perlu juga dishare di media seperti itu?



--



Sebut saja A. Perempuan muda seusia saya, sudah menikah namun belum bekerja (lagi). Hampir tiap saat ia meng-update PM dan DP BBMnya. Bahkan saat bertengkar dengan suaminya dan segala uneg-unegnya kepada si suami ia tuliskan disitu. Kebanyakan dari update-annya berisi keluhan, tentang rumah tangga dan segala perasaan dalam hatinya.

Lalu si B. Laki-laki sekitar 1 tahun lebih tua dari saya. Sudah menikah. Hampir sama dengan si perempuan tadi, lelaki inipun tidak ada jedanya meng-update kolom PM maupun DPnya. Namun isi dari PM nya lebih tidak penting lagi, seperti hanya tertawa ketika ia menyaksikan sesuatu atau sekedar mengejek/mengomentari temannya.

Ada lagi si C. Perempuan, usianya sama dengan saya dan masih kuliah. Ia selalu mengganti foto DP nya yang juga bisa dibilang sering. Dan yang membuat prihatin adalah, dia memasang foto saat ia tidak mengenakan hijabnya, padahal semua orang tahu bahwa ia mengenakan hijab. Soal update PM, perempuan ini juga cukup ekspresif. Namun tidak terlalu sering seperti si A dan B.




Lalu, kesimpulan apa yang saya dapat?
Saya berpikir bahwa PM di BBM dibuat untuk mendeskripsikan kondisi kita pada saat-saat tertentu. Dalam artian, PM ini diperuntukkan untuk memberitahu bahwa kita sedang dalam rapat, sedang dalam perjalanan, baterai hampir habis, pulsa habis, sedang sakit dan tidak menginginkan diganggu, dan kondisi-kondisi lain yang sifatnya penting untuk orang lain ketahui.

Untuk update yang bisa dibilang nggak penting seperti suasana hati, utamanya keluhan, tidak semestinya dipaparkan dalam personal message BBM seperti itu. Ada banyak media untuk berdoa, bersyukur, maupun berkeluh kesah. Mungkin saya tipe orang yang tidak bisa mentolerir point yang ketiga. Berdoa dan bersyukur biasanya erat kaitannya dengan hal baik dan menggembirakan. Yang pastinya akan enak dibaca oleh semua orang. Lain halnya dengan berkeluh kesah. Keluhan adalah salah satu tanda bahwa kita sedang menghadapi hal yang kita anggap berat atau sulit. Tapi bukankah sebaik-baiknya berkeluh kesah adalah dengan berbagi dengan orang terdekat? Atau dengan mengkomunikasikan masalah itu melalui doa, kepada yang memberikan cobaan...

Terkadang kita lupa, bahkan sering lupa.. bahwa ada banyak orang di luar sana yang tidak seberuntung kita hari ini. Di luar sana ada banyak orang yang berdoa menginginkan supaya ada di posisi kamu sekarang. Dan di luar sana ada banyak orang yang masalahnya jauh lebih berat dan lebih sulit. Hanya saja, mereka tidak mengeluh. Mereka tidak mengumbar kesedihan dan kegundahan hati mereka seperti yang biasanya kita lakukan. Mereka menyimpannya rapat-rapat, lalu meminta kepada Tuhannya agar diberikan kemudahan, agar ditunjukkan sebaik-baiknya jalan keluar.




---



Saya banyak belajar bersyukur dari orang-orang yang hidupnya tidak seberuntung saya hari ini. Orang-orang yang kebanyakan saya temui secara tidak sengaja. Orang-orang yang menyadarkan saya bahwa peribahasa di atas langit masih ada langit memang benar adanya. Ada banyak yang lebih pedih masalahnya, lebih susah hidupnya, lebih banyak air mata yang tertumpah.. hanya saja mereka tidak pernah mengeluh di depan orang lain.

Karena bagi saya juga, sebaik-baiknya menyebarkan kabar adalah kabar bahagia. Ya, karena sesimpel bahagia itu menular, dan saya percaya, it's work! Maka dari itu, saya lebih suka mengupdate perasaan bahagia dan rasa syukur saya ketimbang perasaan sedih dan gundah gulana yang saya rasakan. Karena sungguh, tiap kali kamu berkeluh kesah di media sosial sebagai yang 'paling tersakiti' atau 'paling menderita', bukan menjadikan orang lain simpati terhadap keadaanmu. Satu-dua kali mungkin iya, tapi ketika itu kamu lakukan berkali-kali, justru membuat orang lain 'risih' membacanya.



Source: Google.com



Jadi, pergunakanlah fitur aplikasi seefisien mungkin. Mengerti waktu, keadaan, dan kegunaan secara tepat sehingga tidak menggangu orang lain di sekitarmu. Be a smart user! :) 



Salam,
Ara.

Perpisahan itu..


Salah satu persoalan yang cukup rumit dalam perjalanan menuju dewasa adalah sebuah perpisahan. Perpisahan adalah sebuah proses; dimana sebuah perpisahan tak berhenti sampai 'ditinggal' atau 'meninggalkan. Perpisahan selalu menyisakan kehilangan. Ada sebuah fase transisi dimana kita harus membiasakan diri menjalani hari tanpa hadirnya yang sebelumnya terbiasa kita rasakan.

Saat semua terancang dengan sempurna, saat perhatian-perhatian kecil itu menjelma menjadi candu rindu yang menancapkan getar-getar bahagia. Tapi, bukankah prediksi manusia selalu terbatas? Aku tidak bisa terus menahan dan mengubah sesuatu yang mungkin memang harus terjadi. Perpisahan itu harus terjadi untuk pertemuan awal yang pasti akan memunculkan perasaan bahagia itu lagi.



".. dan terlepaslah seperti seharusnya dari awal ku biarkan kau terbebas -mencari nyaman yang kau mau."



Kalimat itu pernah aku tuliskan; beberapa bulan lalu. Dan seharusnya itu menjadi tulisan yang terakhir, tidak perlu aku menulisnya berulang kali. Tapi sekali lagi, manusia hanyalah perencana. Aku pernah bertekad bulat untuk berpisah, tapi ternyata Tuhan menginginkan aku untuk mencobanya sekali lagi, bahkan beberapa kali lagi. 



Dan, barangkali ini sudah saatnya...

Tidak dipungkiri dan tak harus menyangkal geliat hati, bahwa selama rentan waktu tanpamu, aku merasa ada sesuatu yang hilang. Ketika pagi, kau menyapaku dengan lembutnya. Ketika siang, kau sekedar mengingatkanku untuk tidak terlambat makan. Ketika sore, kau menyapaku lagi, bercerita tentang hari-harimu, lelahmu dan bahagiamu pada hari itu. Ketika malam, kau menjerat pikiranku untuk berfokus pada suaramu yang mengalun lembut dari lempengan-lempengan dingin handphoneku. Dan aku rindu, rindu semua hal yang biasa kita lalui lingga waktu berlari begitu cepat.

Dan, akhirnya perpisahan itu tiba. Sesuatu yang selalu kita benci kedatangannya tapi harus kita lewati tanpa tahu kapan itu akan terjadi. Dengan segala ketidakpastian yang menggelayutiku, aku harus melepaskanmu. Kau temukan jalanmu, aku temukan jalanku. Kita bahagia pada jalan kita masing-masing. Kamu berpegang pada prinsipmu, aku berpegang pada perasaanku. Kita berbeda dan memang tak harus berjalan beriringan.

Semua berjalan dengan cepat. Sapa manjamu, tawa renyahmu, cerita lucumu, dan segala hal yang membuat otakku penuh karenamu. Dan semua itu perlahan harus kuhapus dari memori otakku agar kamu tak lagi mengendap-endap masuk ke dalam hatiku, lalu membuat kenangan itu menjadi nyata dan kembali menjadi realita. Mari mengikhlaskan.. setelah ini akan ada pertemuan yang lebih menggetarkan hatimu dan hatiku. Akan ada seseorang yang masuk ke dalam hidupmu dan hidupku. Dia akan menjadi alasan terbesar ketika doa terucap, lalu aku dan kamu akan menyisipkan namanya.

Percayalah, bahwa perpisahan ini untuk membaikkan hidupmu dan hidupku, bahwa setelah perpisahan ini akan ada rasa bahagia yang bertubi-tubi yang mengecupmu dengan seringnya. Percayalah, bahwa pertemuan kita tidak sia-sia. Aku banyak belajar darimu dan aku berharap kamu juga mengambil banyak pelajaran dari pertemuan kita yang tidak bisa dibilang singkat ini. Semua butuh proses dan waktu saat kamu kehilangan sesuatu yang terbiasa kau rasakan.


Selamat menemukan jalanmu, baik-baik ya. :)

Kopi dan Langit


Aku suka kopi dan langit,
juga senyummu walau sedikit pahit.
Terkadang aku membayangkan bagaimana rasanya,
tersenyum, namun menularkan rasa sakit.

Aku suka kopi dan langit,
juga sisa air mataku di sudut rasa sakit.
Air mata yang mempertahankanmu, walau begitu sulit.






Source: Chachathaib