Saturday 15 November 2014

Perpisahan itu..


Salah satu persoalan yang cukup rumit dalam perjalanan menuju dewasa adalah sebuah perpisahan. Perpisahan adalah sebuah proses; dimana sebuah perpisahan tak berhenti sampai 'ditinggal' atau 'meninggalkan. Perpisahan selalu menyisakan kehilangan. Ada sebuah fase transisi dimana kita harus membiasakan diri menjalani hari tanpa hadirnya yang sebelumnya terbiasa kita rasakan.

Saat semua terancang dengan sempurna, saat perhatian-perhatian kecil itu menjelma menjadi candu rindu yang menancapkan getar-getar bahagia. Tapi, bukankah prediksi manusia selalu terbatas? Aku tidak bisa terus menahan dan mengubah sesuatu yang mungkin memang harus terjadi. Perpisahan itu harus terjadi untuk pertemuan awal yang pasti akan memunculkan perasaan bahagia itu lagi.



".. dan terlepaslah seperti seharusnya dari awal ku biarkan kau terbebas -mencari nyaman yang kau mau."



Kalimat itu pernah aku tuliskan; beberapa bulan lalu. Dan seharusnya itu menjadi tulisan yang terakhir, tidak perlu aku menulisnya berulang kali. Tapi sekali lagi, manusia hanyalah perencana. Aku pernah bertekad bulat untuk berpisah, tapi ternyata Tuhan menginginkan aku untuk mencobanya sekali lagi, bahkan beberapa kali lagi. 



Dan, barangkali ini sudah saatnya...

Tidak dipungkiri dan tak harus menyangkal geliat hati, bahwa selama rentan waktu tanpamu, aku merasa ada sesuatu yang hilang. Ketika pagi, kau menyapaku dengan lembutnya. Ketika siang, kau sekedar mengingatkanku untuk tidak terlambat makan. Ketika sore, kau menyapaku lagi, bercerita tentang hari-harimu, lelahmu dan bahagiamu pada hari itu. Ketika malam, kau menjerat pikiranku untuk berfokus pada suaramu yang mengalun lembut dari lempengan-lempengan dingin handphoneku. Dan aku rindu, rindu semua hal yang biasa kita lalui lingga waktu berlari begitu cepat.

Dan, akhirnya perpisahan itu tiba. Sesuatu yang selalu kita benci kedatangannya tapi harus kita lewati tanpa tahu kapan itu akan terjadi. Dengan segala ketidakpastian yang menggelayutiku, aku harus melepaskanmu. Kau temukan jalanmu, aku temukan jalanku. Kita bahagia pada jalan kita masing-masing. Kamu berpegang pada prinsipmu, aku berpegang pada perasaanku. Kita berbeda dan memang tak harus berjalan beriringan.

Semua berjalan dengan cepat. Sapa manjamu, tawa renyahmu, cerita lucumu, dan segala hal yang membuat otakku penuh karenamu. Dan semua itu perlahan harus kuhapus dari memori otakku agar kamu tak lagi mengendap-endap masuk ke dalam hatiku, lalu membuat kenangan itu menjadi nyata dan kembali menjadi realita. Mari mengikhlaskan.. setelah ini akan ada pertemuan yang lebih menggetarkan hatimu dan hatiku. Akan ada seseorang yang masuk ke dalam hidupmu dan hidupku. Dia akan menjadi alasan terbesar ketika doa terucap, lalu aku dan kamu akan menyisipkan namanya.

Percayalah, bahwa perpisahan ini untuk membaikkan hidupmu dan hidupku, bahwa setelah perpisahan ini akan ada rasa bahagia yang bertubi-tubi yang mengecupmu dengan seringnya. Percayalah, bahwa pertemuan kita tidak sia-sia. Aku banyak belajar darimu dan aku berharap kamu juga mengambil banyak pelajaran dari pertemuan kita yang tidak bisa dibilang singkat ini. Semua butuh proses dan waktu saat kamu kehilangan sesuatu yang terbiasa kau rasakan.


Selamat menemukan jalanmu, baik-baik ya. :)

No comments:

Post a Comment