Aku pernah mengelukanmu sampai aku lupa atas diriku sendiri,
aku pernah mencintaimu sampai aku lupa untuk mengenal diriku sendiri,
aku pernah memedulikanmu sampai aku menelantarkan hatiku sendiri.
Sebab yang kutahu hanya kamu,
sebab aku tidak punya banyak cara mengenal yang lain dan kamu memenjarakanku,
sebab aku tidak pernah menuntut untuk diperlakukan dengan baik hingga kamu merasa tidak perlu menjaga dan merawatku.
Aku tumbuh tanpa empati tapi aku tetap cinta kamu, dulu.
Aku berlaku hormat sebab kamu pasanganku,
bukan karena aku masih merasa mau.
Sebab waktu tidak memberikanku pilihan lain,
kecuali menunggu akhir yang pernah aku mulai
tanpa berpikir namun penuh dengan cinta yang seharusnya
menjadi penawar sisa-sisa sakit yang yang kamu jadikan senjata untuk membunuhku.
Bahwa kini mencintaimu adalah sia-sia,
karena yang kau ingin hanyalah sempurna.
Bukan aku, dengan segalanya yang biasa saja.
Bahwa demi kamu, aku dengan yakin mengabaikan yang lainnya.
Tapi tetap itu bukan yang sempurna,
masih sekepal bagianku yang kosong yang bahkan tak bisa kau isi.
Bahwa kini aku kehilangan segalanya,
demi kesempurnaan di matamu.
Demi bahagia yang selalu aku coba hidangkan di hadapanmu.
Bahwa yang sempurna hanya kau dan egomu.
Hujan Bulan November ini begitu deras,
tapi jauh lebih deras lagi ego yang mengaliri tiap sudut ruang hatimu,
Aku bertekuk kalah,
memang bukan aku yang kau mau.
aku pernah mencintaimu sampai aku lupa untuk mengenal diriku sendiri,
aku pernah memedulikanmu sampai aku menelantarkan hatiku sendiri.
Sebab yang kutahu hanya kamu,
sebab aku tidak punya banyak cara mengenal yang lain dan kamu memenjarakanku,
sebab aku tidak pernah menuntut untuk diperlakukan dengan baik hingga kamu merasa tidak perlu menjaga dan merawatku.
Aku tumbuh tanpa empati tapi aku tetap cinta kamu, dulu.
Aku berlaku hormat sebab kamu pasanganku,
bukan karena aku masih merasa mau.
Sebab waktu tidak memberikanku pilihan lain,
kecuali menunggu akhir yang pernah aku mulai
tanpa berpikir namun penuh dengan cinta yang seharusnya
menjadi penawar sisa-sisa sakit yang yang kamu jadikan senjata untuk membunuhku.
Bahwa kini mencintaimu adalah sia-sia,
karena yang kau ingin hanyalah sempurna.
Bukan aku, dengan segalanya yang biasa saja.
Bahwa demi kamu, aku dengan yakin mengabaikan yang lainnya.
Tapi tetap itu bukan yang sempurna,
masih sekepal bagianku yang kosong yang bahkan tak bisa kau isi.
Bahwa kini aku kehilangan segalanya,
demi kesempurnaan di matamu.
Demi bahagia yang selalu aku coba hidangkan di hadapanmu.
Bahwa yang sempurna hanya kau dan egomu.
Source: google.com
Hujan Bulan November ini begitu deras,
tapi jauh lebih deras lagi ego yang mengaliri tiap sudut ruang hatimu,
Aku bertekuk kalah,
memang bukan aku yang kau mau.