Sunday 23 February 2014

Hey Girl!

Hari Ke-24

Hey girl,
tolong baca surat ini dengan future tense.
 
Selamat malam!
Ketika kau baca surat ini, pastikan dulu bahwa lampu di seluruh ruangan rumah telah padam, kecuali lampu kecil yang menghiasi sisi ranjang. Kemudian, pastikan juga bahwa sembilan puluh persen hari-harimu nyala oleh senyuman.

Sekarang, coba pandangi sejenak seorang lelaki yang begitu bahagia menghabiskan hari-harinya denganmu, yang sedang terlelap dengan dengkur halus di sisimu. Lelaki yang selalu mengimami lima waktu-mu, serta sholat-sholat malammu. Lelaki yang begitu kau rindukan kalam-kalamnya ketika kau sholat tanpa imam. Lelaki yang menjadi teman tilawah Al-Qur'an selepas sholat malam. Lelaki dengan semua kealphaannya, namun tetap harus kau suguhkan sarapan dan makan malam, juga bekal istimewa untuk makan siang. Lelaki yang menjadi tempat untukmu mengabdikan cinta dan hanya denganmu ia bagi seluruh hidupnya. Lelaki yang menjadikanmu pelengkap tulang rusuk baginya, dan yang akan setia menghujanimu dengan kasih sayang yang tulus.

Sekarang, siapkan kalimat-kalimatmu untuk bercerita tentang dongeng indah untuk bidadari dan jagoan keci di kamar samping. Malaikat-malaikat kecil yang memenuhi surga kecilmu dengan selaksa tawa. Malaikat-malaikat kecil yang kau tatar mengeja Hijaiyah setiap selepas Maghrib berjamaah. Malaikat-malaikat kecil yang sedang kau kenalkan dengan aksara dan angka. Malaikat-malaikat kecil yang selalu kau layani tanpa batas cinta. Malaikat-malaikat kecil yang selalu kau manjakan lidahnya dengan masakan istimewa. Malaikat-malaikat kecil yang rajin kau dengdangkan sholawat, surat Yusuf, surat An-nissa di telinganya.

Katakan padaku, bahwa kau sedang mengucap hamdalah tak berkesudahan dengan mata berkaca-kaca dan haru yang luar biasa, bukan? Aku ingat betul, ketika hampir seluruh sisi hidupmu sedang diuji Illahi dan kau nyaris ditenggelamkan oleh keputusasaan. Ketika kau bawa langkahmu dalam pijakan dan arahan yang tak kau inginkan. Menahun kau habiskan hidupmu dengan keluargamu penuh dengan kasih yang hilang menguap. Menahun pula kau habiskan seluruh hidupmu untuk membangun lagi diri dan hidup yang baru. 

Hitunglah air mata yang tumpah, khilaf yang lepas, amarah yang ruah. Ingatlah kemarau panjang yang kau lalui dengan dada luar biasa lapang dan hati yang tangguh. Lihatlah dirimu sekarang degan kebanggaan yang memenuhi diri. Lihatlah betapa tak ada yang bisa kita sebut sia-sia. Lihatlah dan nikmatilah tiap detik dengan hamdalah yang merasuk hingga urat dan sendi terkecil yang kau punya. Aaminku untukmu menjalar seiring dengan lantunan adzan yang berkumandang. Selamat memejam!



Untukku. Dariku.

No comments:

Post a Comment