Tuesday 11 February 2014

Hanya Isyarat

Hari Ke-12

Teruntuk kamu,
yang hanya dapat aku miliki sebatas kata-katanya saja.

Pernah beberapa kali, bahkan sering, kau menceritakan tentangnya kepadaku. Pada setiap balasan Messanger yang kau kirim, dapat ku bayangkan, kamu tengah berbinar mengingatnya. Iya, kau mendadak antusias dalam percakapan yang kita buat.

Pernah beberapa kali, dan ya, lagi-lagi sering, seolah kulihat bola matamu menerawang ke naik, seakan dalam kepalamu sedang berputar lagi "film" ketika ia sedang bersamamu. Iya, lagi-lagi dapat ku bayangkan bahwa kau berbinar seperti itu.

Pernah beberapa kali, aku mendapati sepotong kalimat yang nampaknya benar-benar kau tulis sepenuh hati. Dan kamu tau, saat itu, kamu sedang membicarakan tentangnya. Ku beranikan diri bertanya; namun sepertinya salah arah, binar itu memang terlukis lagi-lagi karenanya.

Kamu tau tidak paradoks apa yang terjadi? Aku benci membacanya; membaca semua tulisanmu, tulisan tentang jejak rekam yang tlah kau buat bersamanya. Aku benci melihat binar bahagiamu, karena tetap saja, sumber itu semua datangnya bukan dari aku.


---


Buat kamu, sengaja ku kirimi surat ini untukmu; untuk mengutarakan perihal apa sebenarnya terjadi. Bahwa hidupku kini sampai pada satu bagian, aku telah jatuh cinta. Namun orang itu sulit untuk aku gapai. Orang itu hanya dapat aku gapai sebatas kata-katanya saja. Seseorang yang sekelebat hadir bagai bintang jatuh, yang kemudian lenyap keluar dari bingkai masa.

Sebelum jauh tangan ini sempat mengejar, aku tahu diri untuk berhenti. Buat kamu, seseorang yang hanya akan aku kirimi isyarat; melalui riuh canda, gelak tawa, dan panjangnya bincang yang tiap hari kita buat. Aku bertekuk kalah, aku bukan orangnya.

No comments:

Post a Comment