Tuesday 18 February 2014

Sesederhana Itu

Hari Ke-19

Kepada kamu,

Aku pernah mengagumimu secara sesederhana itu,
seperti embun pagi yang rela butirnya hilang tersapu matahari,
seperti aku yang tersenyum kala namaku kau sebut dari mulutmu,
ketika kita bertukar canda pada jumpa yang pertama.

Aku pernah tersenyum secara sesederhana itu,
seperti ditembangkan lagu nina-bobo menjelang tidur,
seperti guratan ibu ketika anak perempuannya pulang dari rantau,
seperti aku yang mendapati pesan di sana kamu sedang rindu.

Aku pernah tertawa terbahak secara sesederhana itu,
seperti siswa taman bacaan yag tergelak di atas tumpukan buku,
seperti pipimu yang memerah karena jemariku,
meninggalkan tanda berisikan kenangan yang terpatri di sudut hati.

Aku pernah terbawa percakapan diantara denting waktu secara sesederhana itu,
seperti suara gemercik anak-anak hujan yang berlari-lari sore hari,
seperti senja yang selalu kita harap tak pernah habis,
seperti ketika kepala kita bersentuhan dan memulai pembicaraan tentang hari yang kita lewati.

Aku pernah merasakan hangatmu secara sesederhana itu,
seperti matahari yang mulai merangkak keluar dari peraduan,
seperti perasaan nyaman layaknya anak dalam dekap bundanya,
ketika lenganmu melingkari bagian belakang tubuhku.

Aku pernah merindukanmu secara sesederhana itu,
seperti wajah-wajah ayu penari Jawa menunggu giliran memulai pertunjukan sakral,
seperti pintu kamar yang kubiarkan terus terbuka, 
menunggumu kembali pulang.

Aku pernah menginginkanmu secara sesederhana itu,
seperti aliran peluh ayah demi mewujudkan mimpi sekolah anak-anaknya,
seperti tanganku yang terangkat, jauh sebelum tangan kita menjabat,
berdoa untuk sosok seperti kamu.


 ---


Aku mencintaimu secara sesederhana itu, Tuan..
seperti bocah yang berlari menerbangkan kertas layang-layang, 
seperti dalang membersihkan debu di sela wayang.

Aku menyayangimu secara sesederhana itu, Tuan..
seperti para penulis menggores pena,
seperti syahdu pendongeng mengarang cerita,

Jika tulisan ini terbaca sederhana, mungkin bukan kau orang yang kutuju,
atau rasa itu belum menggenapi seisi relung terdalam kalbumu,
karena hanya cinta, yang sanggup membuat hal sederhana,
tampak lebih bermakna.

No comments:

Post a Comment