Friday 14 February 2014

Empat Belas Februari

Hari Ke-14

Empat belas Februari, dua ribu empat belas.

Tengah malam dengan keras suara hujan tampias di teras. Setangkup roti bakar mulai mengering di atas meja, membaur dengan udara malam yang mendingin. Ada doa yang diam-diam masih kusenandungkan dalam kidung perbincanganku dengan Tuhan. Diam-diam, aku masih menyebut sebuah nama yang terlanjur terpaut di dalam sini. Di hati.

Selamat datang, empat belas Februari dua ribu empat belas.
Rasanya terlalu buru-buru mengucapkan selamat malam. Bahkan kantukku tak juga jatuh ketika anak-anak hujan mulai berlari. Empat belas Februari, ijinkan aku menitipkan sepucuk surat untuk ia yang tak lagi ingin ku sebut namanya. Kepada nama yang sempat menarikku perlahan untuk mendayung ke sebuah berantah. Kepada nama yang kunamai pemeran utama.

Empat belas Februari, hari ini ada bahagia yang dirayakan. Aku paham, kau dan semesta sudah pasti berkontemplasi untuk menuliskan takdir terbaik baginya dari Tuhan. Betul, tidak? Maka, ijinkan aku mengaminkan segala kebaikan dan kebahagiaan dalam sekerumun doa yang disenandungkan.

Empat belas Februari, di tahun ini tak ada lagi lembaran surat cinta yang kutorehkan dengan tinta seperti tahun-tahun sebelumnya. Kuputuskan untuk tak lagi menuliskannya, dan memang begitu seharusnya. Dedaun romansa meranggas semaunya, dedahan rindu telah rebah sekenanya. Kemarau datang sesukanya padahal penghujan belum juga reda.

Hari ini, kubiarkan debarku berlari kecil pada puisi-puisi darinya yang mulai berdebu; menyibakkannya satu persatu. Dan aku, membiarkan ingatan berkunjung sebentar ke belakang. Sebentar saja, cukup sebentar. Tak akan kubiarkan ia berlama-lama di sana.

Empat belas Februari, kusudahi surat sederhana ini cukup sampai di sini. Tolong sampaikan kepada pemilik hatimu, tak ada maksud apapun dalam suratku. Tak ada niat melubangi hati siapapun, cukuplah degup milikku yang luruh dalam perih yang semakin berbuih. Katakan pula padanya, agar ia menjaga sebaik mungkin seseorang yang menggantungkan binar bahagia pada dirinya. Kau tak perlu tau, ia telah paham maksudku.


No comments:

Post a Comment