Tuesday 25 February 2014

Hallo, Mega!

Hari Ke-25

Selamat petang,
Mega tersayang!

Sedari pagi kuleburkan diriku dengan pekerjaan yang lumayan membutuhkan relaksasi isi kepala. Beberapa senandung sendu Raisa pun tak cukup meringankan beban kepalaku. Entah, rasa lelah ini belum mau enyah begitu saja dari sepertinya.

Kebetulan hari ini adalah tema surat untuk salah satu peserta. Tak perlu waktu lama untukku memutar otak untuk siapa surat ke-25 ini kelak kutujukan. Lalu, ingatan ini membawaku ke arahmu, memberikan jawaban sederhana; namamu berputar dalam kepala. Benar saja. Aku menulis surat ini untukmu, setelah 24 hari sosokmu terlewatkan dalam list orang yang akan kukirimi surat.

Mega. Lelah juga ternyata terus-terusan menulis berdasarkan dan diperuntukkan untuk hal yang tabu. Hal yang tak bisa aku gapai. Hal yang bahkan aku sendiri belum pernah merasakannya. Maka dari itu, setidaknya, aku butuh satu figur nyata untuk aku tuliskan. Seperti dirimu.

Mega. Sudah lama kita tak berbincang, ya. Pun sekedar bertukar pandangan, tentang apa saja; hobby, travelling, fashion, ceritaku, ceritamu, apa saja. Lama rasanya kita tak berkicau tentang ini dan itu. Cukup lama, satu bulan? Dua bulan? Ah, sudah berbulan-bulan rasanya, ya. Tanpa sadar kita tenggelam dalam kesibukan tanpa padam hingga mengantarkan lelah pada malam yang merangkak larut. Syukurnya, aku tak menemukan jeda di antara kita.

Ah, ya, bagaimana kabar tugas akhirmu? Sudah berapa bab yang terlahir dari pemikiran dan ketikan jemari lincahmu? Aku tak sabar mendengar kabar bahagiamu. Pasti akan menjadi kabar bahagia pula untukku. Do'akan ya, agar aku cepat menyusulmu, merampungkan kewajibanku sebagai seorang anak; mempersembahkan gelar kebanggaan untuk kedua orangtua tercinta.

Mega. Coba diingat.. kalau tidak salah, seharusnya tahun ini tahun kelima kita bersahabat. Namun rupanya semesta baru berbaik hati mempertemukan kita beberapa bulan belakangan. Ah, ya sudahlah, yang penting sekarang kita sahabat. Aku sedang membayangkan cara kita berbincang saat kita bertemu di waktu depan. Akankah menjadi perbincangan semalam suntuk dan seharian? Akankah kekalnya mengalahkan perbincangan malam dengan sang bulan? Akankah perbicangan kita menyerupai jumlah dedaunan yang luruh di musim gugur? Akankah seriuh suara deburan ombak di laut lepas? Entahlah, yang pasti itu adalah satu saat yang paling kutunggu.

Mega. Maafkan kalau suratku ini terlalu lugas. Di depanku, rentetan gagasan merengek minta dituntaskan. Senja pelan-pelan lingsir ke belahan langit barat. Hari ini aku hanya ingin cepat beristirahat. Maka, biarkan aku merampungkan mereka sebelum matahari tenggelam. Setelah kau baca surat ini, mari lanjutkan perbincangan kita di ruang lainnya. Sampai jumpa, Mega! 



Salam rindu,
aku yang tak sabar berbincang banyak hal padamu.

No comments:

Post a Comment