Tuesday 11 February 2014

Bocah Penunggu Sepeda Air

Hari Ke-11

Untuk kamu,
bocah kecil yang termenung sendirian di tepi kolam.

Aku menulis surat ini di sisa-sisa gerimis. Ada ngilu yang timbul tenggelam, getir menganga dan semakin melebar. Sore tadi aku lihat pemandangan yang tak manis. Ada perih yang bersesakan di dada. Ada air mata yang tak bisa ku tahan lajunya.

Ku panjatkan doaku diam-diam. Dalam-dalam, bersama Al-Fatihah yang ku alunkan perlahan. Semoga Allah memberikan rejeki yang cukup dan kebahagiaan yang berlebih, untuk kamu, bocah kecil yang menunaikan titah orangtuamu, menunggui sepeda air.

Bocah kecil yang mungil, aku tau betul, ada rasa kesedihan yang teramat dalam bersarang di dadamu. Di raut wajahmu tergambar jelas apa yang sedang kau ratapi. Bersabarlah. Pastinya mengikhlaskan keadaan yang pahit bukanlah perkara yang mudah. Tapi aku yakin, kau bisa untuk tak lemah. Bersabar dan tetap tersenyum meski itu sukar untuk kau lakukan.




Pantai Joko Tingkir, Februari 2014.
Ku kirimkan salam hangat untukmu dan seluruh keluargamu, wahai si bocal kecil. Semoga nanti, Tuhan beri kenikmatan lain yang dapat kau kecap bertubi-tubi.

No comments:

Post a Comment