Sunday 16 February 2014

Peramu Kopi


Di luar hujan lebat. Wangi tanah basah selalu mampu menina-bobokanku lebih awal. Biasanya. Tapi malam ini tak seperti biasanya. Kesadaranku masih terjaga hingga lewat tengah malam. Dini hari tepatnya. Denting jarum jam beradu dengan gemercik tetes anak-anak hujan di luar, dan aku masih hanyut dalam lamunan.

Sesekali kuhirup dalam-dalam aroma kopi yang menguasi molekul udara di kamar. Di mejaku, kuletakkan secangkir kopi yang kuseduh sejak pukul sepuluh. Kubiarkan aromanya beranak pinak menjalari rangan. Aku sengaja menyeduhnya, bukan karena aku ingin tidur terlambat, hanya saja hari ini tak biasanya aku begitu inin menyesap aroma khas kopi paling kuat. Kuakui, aroma kopimu mampu menabur ketenangan dengan hangat. Hanya sebatas itu. Tak lebih. Jadi, jangan berpikir aku merindukanmu akhir ini. Sama sekali tidak.

"Aku begitu menyukai kopi", katamu berulang kali. Hingga terkadang kulempar sedikit canda betapa aku bosan mendengarnya. Meski diam-diam, aku berharap dapat menjadi peramu kopi terbaik untukmu, cukup untukmu. Jangan salah paham dulu.. harapan ini bukan karena aku ingin menjadi satu-satunya peramu kopi terbaik bagimu, ini sekedar keinginan untuk membuktikan kebenaran dari segala filosofi kopi yang kau tuturkan. Pikirku, dengan menjadi peramu kopi terbaik bagimu, artinya kita punya selera yang sama. Artinya, aku dapat menyelami filosofi kopi yang kau yakini kebenarannya. Ya, setidaknya demikian. Tapi sayangnya, aku bukan peramu kopi dan tak pandai meramu kopi.

Maka, kubiarkan saja keinginan ini mengendap serupa ampas kopi di dasar cangkir. Aku tak pandai meramu kopi. Maafkan jika tak juga terbit keinginanku untuk menjadi satu-satunya peramu kopi dalam cangkir pertamamu di setiap pagi. Aku tak pandai meramu kopi. Sungguh. Maafkan aku. Baiklah, mungkin ini surat yang membuatku merasa bersalah. Merasa bersalah pada diriku sendiri dalam surat sebelum ini. Kukatakan bahwa tak akan lagi kutulis satu pun surat untukmu. Tanpa basa-basi, maka baiknya kutamatkan saja suratku pada tanda baca titik setelah kalimat ini.



Dariku. Untukmu.

No comments:

Post a Comment