Monday 3 February 2014

Hujan, Genangan, dan Kenangan

Hari Ke-3


Untuk hujan,
dan segala hal yang turut dikenang di bawah rintiknya.

Banyak yang memujamu, menunggumu datang, namun tak sedikit pula yang mengutukmu habis-habisan.
Aku hanya ingin berlaku adil,
tidak melulu memujamu agar kau tak gampang besar kepala,
dan menampakkan dirimu setiap saat,
karena jujur, kamu menghambat aktivitas yang harusnya disegerakan.

Aku pun tidak akan mengutukmu seperti yang sebagian mereka lakukan,
bagaimanapun, aku terkadang rindu sejukmu,
sejuk yang membasahi jiwa yang perlu disegarkan,
sejuk yang melenyapkan penat seharian,
sejuk yang memunculkan ketenangan,
dan sejuk yang membuncahkan sepenggal kenangan.

Hai, memoriku selalu dipaksa berputar ketika kamu datang,
ingatan lama yang pelan namun pasti mendesak ingin diberi perhatian,
tentang guyuranmu yang pernah meredam suara tangis,
tentang derasmu yang pernah menahannya berdiam sedikit lama,
tentang genanganmu yang pernah membangkitkan nostalgia rasa,
dan tentang rinduku kepadanya,
rinduku kepada dia yang hanya sekian menit saja dapat aku nikmati,
rinduku kepada dia yang suaranya menggetarkan jiwa,
rinduku kepada dia yang senyumnya tak dapat lagi aku curi dalam pandang,
rinduku kepada dia yang pada jumpa pertama sudah seenaknya meninggalkan jejak yang selalu terkenang.

Dari sekian milyar rintik yang kau tumpahkan,
beberapa diantaranya kemudian membuat genangan,
genangan yang sedikit demi sedikit melebar,
yang tak kalah lebarnya dengan genangan di sini,
genangan di hati, yang aku sebut sebagai kenangan.

No comments:

Post a Comment