Sunday 16 February 2014

Kita Harus Tau Kapan Berhenti


Pagi tadi, seorang kawan lama datang kepadaku. Mengeluhkan kegundahan yang membuat gurat senyum wajahnya memudar. Tentang perihal sederhana; yang sebenarnya sebagian kita pun sering lupa untuk merenungkannya. 

"Kata orang aku harus terus berusaha, lalu kenapa sekarang aku dimintanya pasrah?" 

Kamu harus mampu menerjemahkan kata usaha dan pasrah itu dengan tepat, kataku. Tidak ada pencapaian tanpa sebuah perjuangan. Itulah kehidupan. Itulah yang menjadikan pinta mereka agar kamu terus berusaha itu benar. Jangan takut gagal. Ketika kamu gagal, cobalah lagi. Dan ketika kamu ingin menyerah, berpikirlah bagaimana kalau ternyata yang kamu inginkan, akan teraih jika kamu mencobanya sekali lagi.

"Lalu, kenapa aku dimintanya pasrah?" 

Jangan lupakan satu hal; Tuhan. Bagianmu, akan tetap menjadi bagianmu. BagianNya pun, akan selalu menjadi bagianNya. Berusaha itu kewajiban kita sebagai manusia. Sebagai makhluk bernyawa yang mencari sebuah jawaban atas apa yang kita usahakan. Tapi... teraihnya keinginanmu bukan karena peranmu sendiri. Izinkan Tuhan berperan. 

Usahakan yang terbaik yang kita bisa, selebihnya, biarkan Tuhan mengerjakan yang menjadi bagianNya. 

Bagaimana kalau ternyata Tuhan akan mengabulkan apa yang kita inginkan saat kita ada dititik pasrah? Bagaimana kalau Tuhan akan mengabulkan apa yang kita inginkan saat kita sudah sangat lelah karena kita berusaha selama ini? 

"Lalu, tunggu dulu. Bagaimana caranya aku tahu, bahwa saat aku memilih pasrah justru saat itulah aku harus mencoba lagi? Bukan kah tadi katamu, aku harus berpikir bagaimana kalau ternyata yang aku inginkan, akan teraih jika aku mencobanya sekali lagi?"

Tuhan adalah penggerak hati. Ketika kamu dan kita semua masih berusaha, itu karena Tuhan memang meminta kita untuk masih dan terus berusaha. Saat kita mulai lelah dan akhirnya pasrah, pun karena Tuhan meminta kita untuk mengizinkanNya melakukan yang menjadi bagianNya. Entah kita sadari atau tidak, begitu adanya. 

Iya. Kita harus tau kapan waktunya untuk berhenti.

No comments:

Post a Comment