Wednesday 16 January 2013

Ayah

Hari Ke-6

Dear ayah,
Superheroku seumur hidup.
Aku putuskan untuk menyapamu hari ini, ayah. Setelah 4 hari kemarin aku tak mendahulukanmu.

Ayah, pria pertama yang membuat aku jatuh cinta.
Sejak pertama ayah menggendongku ketika aku lahir.
Sejak ayah membelai rambutku aku dengan lembut, lalu menciumi kening dan pipiku.
Dan ayah, salah satu orang yang sangat bahagia atas kelahiranku.

Ayah, pria luar biasa yang pertama kali aku kenal.
Ayah tidak pernah mengeluh didepanku maupun ibu. Walaupun aku tahu, ayah pasti lelah setelah seharian bekerja.
Aku sangat bersyukur memilikimu, ayah.

Ayah, pria sejati yang selalu menepati janjinya.
Terima kasih ayah, yang selalu ada dan datang ketika aku butuh, memberi ruang ketika aku meminta.
Aku selalu meminta ini itu, aku sangat tahu, ayah berusaha keras untuk mengusahakan keinginanku.

Ayah, aku masih ingat ketika ayah menjemputku tengah malam dan rela menunggu satu jam lebih dipinggir jalan.
Aku benar-benar keterlaluan. Sampai aku tidak berani menatap mata ayah.
Tapi ayah tidak marah sedikitpun denganku. Ayah justru mengajakku bercerita sepanjang jalan kerumah.

Ayah, orang yang selalu menyapaku setiap pagi dengan sapaan khasnya.
Orang yang selalu ku cium tangannya sebelum aku pergi.
Orang yang memberikanku ijin pertama kali untuk pergi dengan seorang lelaki. 
Ayah, aku bangga, aku gadis kecilmu dulu yang sering kamu gendong kemana-mana.

Hal yang paling kuingat dari dirimu adalah, ketika kau memeriksa helmku,
memastikannya dalam kondisi baik, lalu membekaliku dengan tatapan khawatir dan nasihat untuk berhati-hati saat aku akan bepergian.
Kau selalu menjagaku agar tetap aman, dan kurasa itu adalah caramu untuk mencintaiku.

Ayah, orang yang selalu ku sebut dalam setiap doa.
Aku mengagumimu sepenuh hati. Ayah orang yang pintar, orang yang kehidupan sosialitanya baik.
Buat aku, ayah itu hebat melebihi apapun. Tapi ayah tidak pernah merasa hebat. 

Terakhir untukmu ayah, orang yang diam-diam menjadi alasan aku meneteskan air mata karna masih sering mengecewakanmu.
Aku menginginkan lelaki kelak yang bisa mendampingiku seperti ayah mendampingi ibu. Untuk itu aku mohon restu, agar aku bahagia dengan lelaki yang tepat. 
Dengan sejuta alasan lain yang tak bisa dijelaskan, ayah, ku benar-benar mencintaimu.




No comments:

Post a Comment